Kamis, 10 Agustus 2017

The Perks on Introvert

Inget deh dulu pas lagi kantor tiba-tiba anak marketing/ PR nanya aku saat lagi diskusi 16 personalities. 

"Yu, kalo hasil tes 16 personalitesmu apa?"
"INFJ" Ini entah kenapa sih aku langsung jawab, karena biasanya aku ga terlalu suka ngorek-ngorek tipe kepribadianku
"Oh kamu introvert?"nadanya agak kaget 

Walaupun maksudnya bukan menyinggung atau gimana, tapi aku tau arti kagetnya temanku ini. Jadi aku polos aja jawab,"iya, emang kenapa?" Makanya aku ga heran masih banyak banget artikel-artikel populer online atau cetak yang masih aja bahas topik ini. Karena memang stigma-stigma orang tentang kepribadian masih agak saklek dan perlu diluruskan.

Jadi introvert itu bukan berarti kerjaannya hanya di kamar, kalau diajak ngomong suaranya selalu lemah lembut, dan kalau ketemu orang gemeteran duluan. Buktinya ya kalau ada teman ngajak ketemuan aku juga mau, kalau meeting ketemu orang juga dihadapi, dan kalau di tempat keramaian ya fine-fine aja. Dan yang terpenting orang introvert itu bukan malah dijauhin dan dianggap aneh karena ga bisa bergaul sama orang (ini beneran ada kejadian lho).

Aku percaya sih setiap kepribadian pasti ada positifnya dan negatifnya. Be lucky kalo kalian emang sudah sadar sama kepribadianmu dari dulu, kalo aku baru explore sih semenjak kuliah aja hehe..Orang yang udah sadar dengan kepribadiannya itu aku yakin pasti punya defense mechanismnya sendiri-sendiri. Misalnya aja aku mungkin masih oke untuk ngumpul-ngumpul sama teman, di tempat yang rame, atau dateng ke acara pesta gitu tapi pasti ada waktunya buat aku untuk merasa bahwa ga bisa lama-lama di tempat itu. dan entah kenapa selain perasaan, badan pun juga ngasih sinyal bahwa waktunya untuk pulang.

Pun juga mentang-mentang di rumah kerjaanya ga ngendoon seharian di kamar. Pasti ada waktu seminggu sekali dua kali pengen jalan-jalan, tapi kalau ditanya apa seharian di rumah betah? ya masih betah sih. Karena menurutku rumah itu tempatku ngumpulin energi dan tempat aku bikin ide. Jadi setiap aku merasa sudah terlalu ketemu banyak orang atau pindah-pindah tempat aku tetap butuh ngecharge energi dan pikiran dengan cara sendirian. 

 Juga bukan berarti orang introvert itu ga bisa bergaul ya. Justru aku merasa orang-orang introvert itu punya quality relationship dengan orang-orang yang lebih baik lho. Karena mereka cenderung untuk membuat circle pertemenannya tidak terlalu besar tetapi intimate. Meskipun sering dibecandain 4L, Lo Lagi Lo Lagi, tapi jenis pertemanan ini lho yang bikin longlast dan ga harus berpura-pura. 
Masalahnya juga ga seputar selalu sulit untuk memulai pembicaraan aja, karena buktinya aku masih nyaman-nyaman aja atau mau untuk kenalan sama orang baru. Tapi kadang untuk maintain pembicaraan itu menurutku yang agak susah, karena yaaa kita harus terus basa-basi terus sampe bengek kan agak susah. Makanya aku appreciate banget sama orang yang bisa duduk diam ga pake ngomong di tempat yang sama tapi sama-sama tetap ngerasa nyaman-nyaman aja. 

Random aja sih pingin bahas ini karena beberapa orang yang aku kenal masih aja punya stereotip tentang introvert itu kepribadian yang aneh dan susah cari kerja. Ya mudah-mudahan bagi yang baca dan merasakan hal ini kedepannya bisa bangga saat jawab ia cenderung introvert.


xoxo

Ayu

Selasa, 08 Agustus 2017

Rabu, 19 Juli 2017

"If We Believe In Something Strongly
Then It Will Conspire With Us"

Sabtu, 22 April 2017

Time Machine


Inspirasi itu bisa datang dari mana saja. Salah satunya tulisan ini yang datang dari instastory seorang foodblogger eatandtreats, Hand Danial. Beberapa hari belakangan ini Hans sering banget cerita dan sharing dengan followernya tentang apa saja dan aku lihat pembahasannya juga seru-seru. Lalu kemarin dia sharing dan lebih tepatnya tanya ke followernya :

Seandainya saat ini lo bisa balik ke masa lalu dan bertemu diri lo yang masih muda,
 hal apa yang ingin lo katakan ke diri lo?

Kalian pernah ga sih merasa menyesal dan berharap waktu bisa berputar kembali sehingga kamu bisa memperbaikinya? Menurutku apa yang Hans sampaikan ke dirinya ngena banget. Dari situ aku juga mulai berandai-andai bisa punya kekuatan seperti itu, mungkin kira-kira hal ini yang ingin aku sampaikan.

Dear, my younger version
Aku tahu saat ini kamu sedang merasa mengalami masa-masa pubertas dimana kamu merasa sensitif berat. Rasanya saat orang lain nyela sedikit kamu akan langsung down
Aku cuma mau bilang thank you dan salut banget kamu bisa bertahan dimasa-masa itu, karena mungkin aku ga akan sekuat sekarang dan ga bisa belajar banyak. Aku juga ga akan punya berbagai sudut pandang dan belajar cara memahami orang lain. Yang pasti juga akau ga akan tertarik dengan dunia psikologi

Jangan pernah takut untuk menyuarakan apa yang ada di kepalamu dan jangan mudah terintimidasi

Jangan pernah nyesal dan takut untuk TAKE A RISK. Aku tahu kamu takut. Takut gagal, takut dicela, takut ga siap, takut sendirian. Because you know what? The risk will worth pay 

Jangan overthink dan sesekali kamu harus bisa melihat prinsip "semua akan indah pada waktunya"

Jangan pernah insecure saat teman-teman sudah diterima di uni lebih dulu karena Allah sudah mempersiapkan tempat belajar seperti yang kamu impikan sekarang. Meskipun harus melewati beberapa rintangan, semua itu supaya kamu menghargai setiap perjuangan yang kamu lalui. Fokus akan impian kamu

Jangan pernah nyesal bahwa selama 4 tahun kamu kuliah naik kendaraan umum dan nebeng. Biarin aja orang-orang ga penting mengolok-ngolok kamu. Jika saat itu kamu merengek-rengek minta kendaraan pribadi, kamu ga akan bisa melihat pemandangan yang biasa kamu temui saat naik angkot, ketemu dengan berbagai tipe orang, dan belajar memanage waktu. Mungkin juga kamu ga akan bisa menikmati waktu menyetir sendirian meskipun sedang macet-macetnya, senangnya karaokean di dalam mobil, atau hanya sekadar nganterin dan nebengin orang-orang yang dulu sempat kamu repotkan kemana-mana. Dan yang paling penting, kamu ga akan punya cerita yang bisa kamu bagikan ke anak cucumu nanti tentang perjuanganmu saat kuliah. 

Jangan pernah nyesal untuk mengejar apa yang kamu sukai hanya karena teman-temanmu beda minat. Karena aku bisa jamin kamu ga akan punya kesempatan mengenal orang-orang baru yang punya minat yang sama dengan kamu. Jangan pernah takut untuk coba sesuatu yang baru dan ikuti kata hati.


Selasa, 18 April 2017

Pencitraan Itu Penting!


Jadi lah diri sendiri, jangan berpura-pura jadi orang lain

Be yourself

Aku yakin pasti banyak orang yang sudah dengar quote ini. Ngaku kan kalau kalimat pasti pernah baca di berbagai media sosial atau keluar dari mulut orang-orang. Jujur aku sendiri kurang setuju dengan konsep be yourself sejak zaman kuliah hehe... aneh sih tapi coba deh dipikir secara logika.

Buat orang-orang yang innocent dan polos, konsep be yourself sendiri bisa jadi boomerang buat mereka kalau ditangkap secara mentah. Wah bisa dibayangkan ga tuh kalo pemikiran be yourself itu dijadikan prinsip utama dihidup seseorang. Kayaknya aku bakal sapa dosen pembimbing, "Hai sob. Apakabar?" atau saat wawancara kerja bakal bilang, "ya.. saya butuh duit makanya kerja". Intinya orang bisa jadi bebas dan seenaknya mengeluarkan apapun yang kita pikirkan. Dan apa orang lain siap menerima diri kita apa adanya? 

"Wah kalo ga jadi diri sendiri tuh kayak pakai topeng. Pencitraan!"

Setuju ga setuju memang kita selalu membuat pencitraan kok. Aku pernah dengar dari Eno Bening yang bilang, "Pencitraan itu adalah satu-satunya yang bisa kita lakukan terhadap diri kita ke orang lain. Lo ga bisa kasih apa adanya elo ke orang lain. Lo pasti membuat, lo pasti create image lo ke orang lain dan apa yang lo create image itu belum tentu sama sama apa yang orang konsepin dapet ke otaknya." And I couldn't agree more.

Kalo kita ga peduli dengan pencitraan ga mungkin kita ngelamar kerja pakai baju rapi, pakai kemeja atau kita mau ketemu klien dengan baju compang-camping. So yes pencitraan itu memang perlu. Coba kalau kita keras kepala ingin selalu jadi diri sendiri kayaknya cara bicara kita ke orangtua, pacar, teman, guru, dosen, orang yang lebih tua akan sama. Tapi nyatanya? engga.. Bahkan beberapa ada yang cerita ke aku dan aku pernah ngalamin sendiri, kalau kadang cara berpakaian kita juga mempengaruhi cara orang lain memperlakukan kita. Kalian pernah ngelamin juga ga? Jahat sih, tapi begitulah kenyataannya.

Tapi tentunya hal-hal di atas cuma pendapat pribadiku aja mengenai sulitnya "just be yourself".

Thank you for stop by


xoxo
Ayu

Kamis, 29 Desember 2016

Sedekah nyesel atau engga?


Semalam ada kalimat yang ngena banget di rutinitas "ceramah malam" dengan ayah. Jangan dibayangin ceramah isinya mirip kayak pak ustad ya. Tapi lebih kayak cerita petuah-petuah yang lebih relate ke semua sisi ga cuma agama doang. Kelihatannya berat banget ya? hehehe.. Aku dulu juga mikirnya begitu. Sebel gitu rasanya seperti digurui, but you know what? yang bikin aku sebel apa yang dibilang ayahku mostly terjadi dan bener.  Jadi ya mau gimana lagi kalau ga didengerin. 

Anyway balik lagi. Pingin sedikit sharing aja kalimat w-a-w yang ngena banget semalam.
"Apa yang bikin ayah seperti sekarang ini bukan karena ayah pintar, sekolah tinggi, atau apa. Tapi sebagian besar karena ayah bersedekah."

Iya sepertinya kita kalau denger kalimat seperti ini biasanya berkomentar, "masa sih?" I know semua orang pernah bilang sedekah bla bla bla manfaat bersedekah dan bla bla bla. Di keluargaku percaya ga percaya efeknya bersedekah itu kelihatan banget, terutama ayahku. Pernah suatu hari ayahku beli handphone baru karena bb boldnya sudah rusak, dia sengaja beli android yang ga mahal-mahal dan minta diajarkan oleh karyawannya di kantor. Setelah diajarkan ayah akhirnya membelikan pulsa 50ribu ke karyawannya itu meskipun awalnya ditolak. Selang beberapa hari tiba-tiba ada pak pos nganter paket. Bentuknya kotak dan berat. Bapaknya cuma bilang,"Kayaknya hp tuh mbak." Awalnya ga percaya sih, masa hp dianter pos sih? Ga ada yang beli atau pesan juga deh. Pas dibuka isinya Samsung S7 keluaran terbaru buat ayah. Katanya itu hadiah buat ayah dari salah satu temannya yang kerja di Telkomsel. Kita semua cuma melongo.
Kejadian-kejadian lain seperti Ayah yang pada saat itu katanya akan dipindah kantor dari Mergoyoso, tiba-tiba dipindah ke Menur yang jaraknya hanya sebentar dari kampusku. Jadi kita bisa berangkat bareng. Atau tiba-tiba aku yang ngeluh laptop kecilku yang mulai rese setelah dipakai ngerjakan skripsi, tiba-tiba Ayah pulang bawa laptop baru dan diberikan ke aku. Dan banyak kejadian-kejadian lain yang rasanya ga mungkin ga percaya kalau bersedekah itu ga ada efeknya. 

Kalau ditanya rasanya bersedekah? Awalnya itu beraat banget. Kayak mikir ini duitku berkurang ntar atau ada kebutuhan yang lebih mendesak, dsb. Jadi kalau dari awal sudah ada niat bersedekah cus langsung disegerakan jangan kebanyakan mikir. Justru kalau lebih spontanitas tuh lebih asyik kayaknya karena lebih terlaksana dan ga kebanyakan mikir. Setelah sedekah rasanya? gatau ya, kalau aku sih ngerasanya seneeng banget. Kayak at least aku bisa berguna buat orang lain seneng walaupun cuma sedikit. Dan rasanya legaaa banget. Pernah ga sih kamu ngerasa setelah belanja tuh kadang kita suka mikir, "harusnya tuh uangnya jangan dipakai buat beli ini itu." Nah buat aku setelah bersedekah tuh ga ada perasaan seperti itu. Kayak ga ada yang disesali jadi seakan-akan kita punya budget khusus untuk bersedekah padahal engga. Dan keegoisan yang awalnya ingin beli ini itu rasanya berubah jadi,"Yaudah ntar aja beli ini itunya lain kali aja kalau ada rejeki lagi."

Jadi ya itu sih reminder buat aku untuk selalu inget bersedekah saat kita lagi punya rejeki lebih. Lebih baiknya lagi sih jangan menunggu kita mendapat rejeki besar dulu untuk beredekah karena siapa tau dengan bersedekah justru memperlancar atau memperbanyak rejeki kita yang sekarang. Mudah-mudahan bisa menginspirasi.

Xoxo
Ayu